Oleh Fela Yati Barkah
Ayah Ibu...
pagi ini sejuk udara hampiri kalbu
dingin gemetar membuatku pilu
sebuah hari yang bertahun-tahun kita tunggu
aku menangis menghambur memeluk sujud syukurku
Ayah Ibu...
hari ini langkahmu aku sambut dengan rengekan manja
dan aduhan tentang segala keluhan ku
hari ini aku mencoba untuk menuangkan segala pengabdianku
berbentuk prestasi dalam beribu harapanmu
Meski hanya satu dari seribu harapanmu yang kami tunjukkan
tapi Ayah Ibu...
detik ini kau lihat putrimu berdiri di depanmu
bersama teman-temannya dengan sangat bahagia
apa putrimu membanggakanmu Ayah?
apa putrimu membanggakanmu Ibu?
Ribuan tetes keringatmu mendoakan ku
saat kau antar aku ke sebuah tempat
dimana aku rela menjauh darimu
kau serahkan aku untuk dididik dan dibimbing disini
kau usap tangismu padahal setiap waktu kita saling merindukan
Ayah Ibu...
hampir seribu delapan ratus hari aku selalu mengganggu waktumu
hanya untuk bercerita kepedihanku, kesedihanku, dan mengeluh tentang keaddan serta keinginanku
aku selalu merengek meminta meminta dan meminta
dan saat itu pula, kau selalu mengingatkannya dengan nada khas yang begitu menenangkanku
Apalagi saat yang sering ku adukan hanyalah kata boyong
kau begitu menguatkanku
kau anggap aku adaalah sosok yang kuat
kau yakinkan aku adalah yang terbaik
kau selalu bisa membuatku luluh dengan segala petuahmu
kau peluk rasa sakitku
setiap ku mengeluh tentang berbagai masalah
Tapi Ayah Ibu
apa putrimu ini membuatku bangga?
Saat uangmu ku gunakan untuk bersenang-senang
menyetarakan segalanya agar terlihat sempurna dimata manusia lain
saat pengharapanmu kepadaku ku jadikan hal yang biasa
maafkan aku...
jika kesempatan waktu yang sedikit denganmu
kau sering ku acuhkan
maafkan aku...
jika aku hidup hanya hadir sebagai duka dalam tiap bait duniamu
Aku tak pernah seperti payung yang melindungimu kala engkau basah kuyup
aku tak pernah pula seperti bintang
yang hadir seperti teman malam mu
bercerita dan berbagi denganmu
maafkan ayah...
maafkan ibu...
jika tak banyak yang kumengerti selain keegoisan dan masalahku sendiri
tak pelak ku tanyakan ibu
bagaimana denganmu
tak pelak ku tanyakan kepadamu ayah
bagaimana juga denganmu
lantas dengan apa aku membalas segalanya
tapi kau ikhlas untuk itu
begitu bodohnya putrimu
saat cinta yang begitu dalam kau berikan kepadaku malah sering ku abaikan
aku lebih mencintai sosok lain yang baru saja ku kenali
Ayah Ibu...
saat nanti ijab qobulku telah sah menjadi pemisahku denganmu
lalu kapan lagi putrimu bisa membanggakanmu Ayah
lalu kapan lagi putrimu bisa membanggakanmu Ibu
aku terlalu malu
aku sangat malu menatapku
karena aku tau kesalahanku yang tak cukup ditebus dengan kata maaf
tapi Ayah Ibu
lihatlah putrimu sekarang ini
lihat kami Ayah
lihat kami Ibu
kami tepat dideapanmu telah berhasil memeluk segalanya tentang tempat ini
putrimu yang sudah bisa menapak di atas telapak kakinya sendiri
katakanlah Ayah Ibu
kalau hari ini kalian bangga pada putrimu
untuk senin kali ini dari senin senin yang lainnya
kali ini saja ayah
kali ini saja ibu
berbanggalah pada putrimu
dan doakanlah agar putrimu selalu membanggakanmu di hari-hari berikutnya
peluk kami Ayah
peluk kami Ibu
peluk kami dalam linang mata terbahagiamu
kali ini saja Ayah
kali ini saja Ibu
lihatlah dan katakanlah putrimu membanggakanmu
Terimakaih Ayah
terimakaih Ibu
kau lebih dari segalanya