Oleh M. Jahidin M M
Sekian lama boyong kurang lebih 3 tahunan si Santri ini sering sowan bolak balik ke pondok,mungkin masih dibilang Alumnus (alumni 0ra lulus) karena santri tersebut hanya mengikuti pengkajian Fathul Qorib itupun awalan ya mungkin baru satu dua ajuan dari kajian kitab itu karena faktor x (berbagai macam alasan). Akhirnya ia memilih boyong.
Setelah lama sekali dalam perantauan terdapat suara yang menggetarkan jiwa raga. Seperti ini ucapanya :
Kyai: “Sira luu bolak balik bae ng pondok kaya ayam, age kitab Fathul Qoribe khatamaken”
Santri: “Kula mpun kenal kebutuhan faktor ekonomi yai”
Kyai : “bagen dadi khodam sawah mboran”
Santri : “mong kyai panas....”
Ya, pada saat itu memang santri tersebut belum sowan boyong, dan memang tak ingin sowan boyong dalam niatnya. Dipertengahan percakapan dalam mimpi tersebut dia terbangun dari tidurnya. Kurang lebih pukul 00:03 dan santri tersebut hanya bisa diam dan mengingat-ingat apa yang barusan terjadi dengan perjumpaan dengan Kyai tadi dalam mimpinya.
Setelah kejadian itu dia tersenyum.
Kisah tadi bertepatan pada hari Kamis, segera sang santri tersebut menghubungi ke pondok. Pada saat itu yang menjadi Ketua Pondok adalah Kang Muhammad Zuhdan Nahya.
Setelah ngobrol tentang khabar dan sedikit bercanda maka santri tersebut mulai bertanya pada Kang Lurah (sebutan untuk Ketua Pondok Pesantren Kempek).
“Apakah benar pengkajian kitab Fathul Qorib mau khatam???” Tanya si santri
“Iya benar mungkin 2-4 ajuan lagi, makanya cepet kamu kesini ngalap berkah”. Jawab suara dari seberang sana.
“Iya” minta doanya saja kang,
Hari jumat pun datang. Santri tersebut bermaksud menuju Pesantren lewat pangkalan bis yang terdekat. Alangkah malang dan sedihnya karena 2 pangkalan bis sudah melaju meninggalkan santri tadi. Akhirnya dia kembali menuju masjid terdekat dengan maksud menenangkan hati.
Seketika ingat dawauh kyai : “Ne arep lelungan aja dina jumat, olih asal lungae sadurunge waktu Subuh, atawa sawise solat jumat”. Mungkin dengan maksud menghormati dan agar melaksanakan solat jumat.
Mulailah dia tersenyum dengan menyadari ini adalah yang terbaik
Selang beberapa jam sang Kakak Santri tersebut me mberitahukan bahwa Ia baru saja mimpi dengan kyai. Dalam mimpinya itu, Kyai bersama Santrinya berbapkain putih-putih seakan sedang mencari sesuatu.
Lalu beranilah ia bertanya “milari nopo kyai??”
“iki lih goleti bocah…”. Jawab Kyai dengan bahasa khasnya.
Setelah itu ia bersalaman dengan kyai. Dia merasa sangat senang sekali.
Masuklah malam Sabtu, santri tersebut meluncur dari ibu kota menuju Kempek. Singkat waktu sampailah ia dan langsung bercengkrama dengan sekelilingnya.
Waktu dzuhur telah datang setelah berjamaah sowanlah santri tersebut menghadap kyai.
Teka kapan??? Kata kyai.
Santri : “wau daluan, sanjange bade khataman kitab fathul qorib kyai???” Memastikan dalam sebuah pertanyaan.
Kyai : “iya”
Santri : “bade nderek”
Kyai : (gak bicara juga gak diam)
“wis ya samene bae”. Tutup sang kyai.
Setelah Sholat Ashar tak disangka dan tak diduga bahkan tak di mengerti pengkajian Kitab Fathul Qorib adalah yang terakhir dibacakan oleh Kyai. Betapa bahagia dan senangnya santri tersebut mengikuti pengajian awalan dan akhiran saja dari kitab Fathul Qorib.
Akhirnya acara hataman selesai. kini Santri itu sowan kembali untuk berangkat lagi.
Tiba-tiba Ia ditanya “SIRA LU NGKO MELU ZIARAH BELI???”
“Nyuwun ziadah doane mawon kyai”.
Meluncurlah Ia dengan gembira. kurang lebih 10 hari dari khatamana Fathul Qorib Ia pun kembali sowan dan mengikuti ziarah di daerah Jawa Barat.
Sebelum ziarah ada juz’an. Santri tersebut mengikuti duduk tak jauh dari kyai. Setelah selesai, sambil bercanda, Kyai berkata sambil senyum “SIRA SI MELUAN BAE” serempak sebagian yang hadir tertawa.
“ENTENG UCAPE ABOT SANGGAHE SERING DIBUKA LAN DIWACA kitab Fathul Qoribe”
Lalu, satu lagi yang bikin terke san.
Sang santri membaca salah satu maqolah dalam kitab Al-Hikam “Idfin Wujudaka ‘Ala Ardil”
Lalu di benarkan oleh kyai dengan berkata “Apa Jare Ira Bae”
Berdua di dipan Al-Qo’ah sambil ngopi rasanya itu nyeeeeeess banget.
Allahumma Ahsin Akhirotana Fiddini Wadunya Walakhiroh Alfatihah.
Pesan :
- Sebagai ibroh,untuk santri-santri lainnya “Sing wekel ngajie ya cung!”. Karena penyesalan hanya akan datang di belakang.
- Ilmu itu dengan belajar dan Barokah itu dengan khidmah.