Q8kJ7IJX2ofCtqiT3cRtmv6yIJqPz134CnCrZZ01

Menu Navigasi

Kempek Online

Media Dakwah Santri NUsantara

Iklan Sidebar

Trending

Spirit Kitab Shafwah al-Tafasir Karya Syekh Ali Al-Shabuni

Selayang kabar nun jauh dari negeri Timur Tengah kini telah berlabuh ke negeri pertiwi, mengantarkan kabar lelayu seraya iringan kalimat yang melunglaikan sendi:
“innalillahi wa innailaihi raji’un”. Tepatnya hari Jum’at “sayyidul-ayyam” (19/03) telah berpulang ke pangkuan dzat Rafiqul-A’la seorang ulama yang telah diakui pemikirannya di kalangan pesantren dan akademisi, sosok ulama kontemporer asal Suriah, Syekh Ali al-Shabuni.

Spirit Kitab Shafwah al-Tafasir Karya Syekh Ali Al-Shabuni
Syekh Ali Al-Shabuni

Kabar tersebut tentunya sangat memukul sekali di kalangan umat Islam, bahwa lagi-lagi kita kehilangan sosok yang keilmuannya sangat dinanti-nanti demi kesejukan pelita Islam. Namun kini, Allah telah mengembalikan ruhnya agar beliau dapat dikumpulkan bersama orang-orang shalih.

Sebagian orang mungkin bertanya-tanya atas kabar wafatnya seorang ulama tersebut, siapakah sebenarnya tokoh yang konon katanya kitab tafsirnya menjadi rujukan seantero dunia?

Beliau adalah Syekh Ali al-Shabuni ibn Syekh Jamil al-Shabuni yang merupakan keturunan ulama kondang. Beliau lahir di Aleppo (Halb) Damaskus (Suriah) pada tahun 1347 H/1928 M. Sebagai keturunan seorang ulama besar, sejak kecil beliau sudah menampakkan kecintaan yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Pertama kali pelajaran yang beliau tekuni adalah cara membaca Al-Qur’an. Oleh sebab itu, di usia dini beliau mampu menghafal kitab suci umat Islam ini.

Di antara guru mengaji beliau adalah ayahnya sendiri, Syekh Jamil al-Shabuni. Fan ilmu yang dipelajari dari ayahnya adalah bahasa Arab, ilmu waris, dan sebagainya. Kemudian guru selain ayahnya adalah Syekh Muhammad Najib Siraj, Syekh Ahmad al-Syamma’, Syaikh Muhammad Sa’id al-Idhibi, Syekh Muhammad Raghib al-Thabbakh, dan Syekh Muhammad Najib Khayyath. Syekh Ali al-Shabuni belajar kepada mereka dilakukan baik yang diselenggarakan di rumah ataupun di masjid.

Potret Pendidikan

Selain belajar pendidikan non-formal, Syekh Ali al-Shabuni remaja, juga belajar pendidikan formal di perguruan tinggi negeri jurusan Ekonomi (ilmu perdagangan). Namun tidak berlangsung lama (1 tahun) sebab maraknya praktik riba yang menjadi basis kegiatan ekonomi pada saat itu, akhirnya beliau memutuskan untuk pindah ke jurusan Syari’ah (ilmu agama) di lembaga pendidikan, Khasrawiyyah di Aleppo. Meskipun pendidikan yang beliau dapatkan tidak selalu ilmu-ilmu agama, di jurusan ini beliau mengenal pula ilmu-ilmu umum. Di Khasrawiyyah, Syekh Ali al-Shabuni berhasil menyelesaikan pendidikannya hingga tingkat SMU pada 1949 M.

Lulus dari SMU dengan predikat nilai yang tinggi, Syekh Ali al-Shabuni memperoleh beasiswa dari pemerintah melalui Depertemen Wakaf Suriah untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, kuliah di Universitas al-Azhar Kairo, Mesir. Beliau pun mengambil jurusan di Fakultas Syari’ah dan berhasil menyelesaikan strata satu (S1) pada 1952 M. Dilanjut program Pascasarjana di kampus yang sama dengan konsentrasi Peradilan Syari’ah (al-qadha al-syari’ah). Ketika itu, regulasi lulus dari program Pascasarjana setara dengan lulus program doktoral (S3) saat ini. Beliau lulus dengan membawa nilai terbaik atau cumlaude, mumtaz.

Pada 1955 M, Syekh Ali al-Shabuni kembali ke kampung halamannya di Suriah. Sebagai tokoh di sana, beliau terpanggil untuk mengajarkan ilmunya sebagaimana jejak ayahnya dulu. Beliau diterima mengajar sebagai guru di SMU, namun kesibukan sebagai guru ini dilakukannya selama delapan tahun, sejak 1955 M sampai 1962 M. Tidak lama setelah itu, beliau mendapatkan tawaran mengajar sebagai dosen di Fakultas Syari’ah Universitas King Abdul Aziz dan Fakultas Ilmu Pendidikan Islam Universitas Ummul Qura’. Kedua kampus besar ini berlokasi di Mekkah, Saudi Arabia.

Perihal penawaran Syekh Ali al-Shabuni mengajar sebagai dosen di Arab Saudi merupakan program kerjasama antara pemerintah Saudi Arabia dan Suriah untuk mengadakan pertukaran ademisi pengajar ke negara lain. Dan Syekh Ali al-Shabuni termasuk yang ditunjuk pemerintah Suriah untuk mengajar di Saudi Arabia. Hal ini menunjukkan bahwa kealiman beliau dalam mendalami ilmu agama diakui bukan di tingkat lokal/nasional, melainkan tingkat internasional.

Di Universitas Ummul Qura’, Syekh Ali al-Shabuni dipercaya menjadi Dekan Fakultas Syari’ah serta kepala Pusat Kajian Akademis dan Pelestarian Warisan Islam. Kontribusi yang beliau lakukan saat itu adalah mengedit (tahqiq)naskah kitab Ma’ani al-Qur’an karya Abu Ja’far al-Nahhas (w. 338 H/950 M) yang masih berbentuk manuskrip kuno (tulisan tangan).

Selain mengajar di dua kampus besar ini, beliau juga membuka pengajian (kuliah terbuka) di Masjid al-Haram Mekkah dan di sebuah masjid Jeddah. Umumnya beliau mengajarkan materi tafsir. Kegiatan ini terus berlangsung selama delapan tahun, terkadang kajian yang disampaikan beliau direkam ke dalam kaset dan terkadang pula ditayangkan di televisi. Selain itu, Syekh Ali al-Shabuni aktif berorganisasi. Beliau tercatat aktif di organisasi Liga Muslim Dunia (Rabithah al-‘Alam al-Islami) sebagai penasehat Dewan Riset Kajian Ilmiah terkait Al-Quran dan Hadis. Sisanya beliau luangkan waktunya untuk menulis dan melakukan penelitian.

Kumpulan Karya Tulis Beliau

Karya Magnum Ovus Syekh Ali al-Shabuni adalah Shafwah al-Tafasir. Kitab ini beliau tulis sebagai hasil pemikirannya setelah membaca banyak literatur kitab tafsir. Di antara kitab-kitab yang menjadi referensi beliau adalah al-Kasysyaf karya al-Zamakhsyari,al-Durr al-Mantsur karya al-Suyuthi, Tafsir al-Baidhawi, Mu’jam Ibn Faris, Tafsir al-Shawi, Lisan al-Arab karya Ibn Manzhur, Sunan al-Tirmidzi, Sunan Ibn Majah, Sunan al-Nasa’i, dan sebagainya.

Kitab Shafwah al-Tafasir ditulis dengan tangan beliau selama lima tahun. Ulama besar ini sangat berhati-hati dalam menulis karyanya, beliau pahami dan meneliti terlebih dahulu sebelum kemudian beliau tuangkan ke dalam bukunya. Baru pada 1416 H/1996 M, Syekh Ali al-Shabuni berani menerbitkannya secara umum setelah sebelumnya diterbitkan untuk kalangan terbatas. Jadi, diperlukan waktu sekitar 30 tahun beliau mulai menulis dan melakukan beberapa revisi sampai akhirnya diterbitkan oleh Dar al-Fikr Beirut Lebanon pada 1416 H/1996 M.

Karya tulis Syekh Ali al-Shabuni lainnya yang mengkaji Al-Qur’an adalah Rawa’i al-Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Qur’an sebanyak dua jilid yang mengupas ayat-ayat Al-Qur’an yang berkenaan dengan hukum. Ada pula Qabasun min ‘Ulum al-Qur’an, dan al-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an. Nama kitab terakhir ini merupakan hasil diktat mata kuliah ‘Ulumul Qur’an untuk mahasiswa Fakultas Syari’ah dan Dirasah Islamiyyah Univ. King Abdul Aziz, yang kemudian diperluas kembali penjelasannya.

Selain di atas, ada pula karya-karya lainnya, seperti al-Nubuwwah wa al-Anbiya’,Syubuhat wa Abathil haula Ta’addud Zaujat al-Rasul,Min Kunuz al-Sunnah, Ma’ani al-Qur’an,al-Muntaqa al-Mukhtar min Kitab al-Adzkar,al-Syarh al-Muyassar li Shahih al-Bukhari,‘Aqidah ahl al-Sunnah fi Mizan al-Syar’iy, Syarh Riyadh al-Shalihih, dan lain-lain. Bila diperkirakan jumlah karya tulis Syekh Ali al-Shabuni, maka ada lebih 50 judul karya yang beliau susun.

Sebagai ulama Sunni, Syekh Ali al-Shabuni bersahabat baik dengan ulama Sunni lainnya, seperti Syekh Mutawalli al-Sya’rani, Sayyid Muhammad bin ‘Almi al-Maliki, Dr. Sa’id Ramadhan al-Buthi, Dr. Ali Jum’ah, Habib Ali Abd al-Rahman al-Jufri. Oleh karenanya, para ulama Wahabi kurang menyukai Syekh Ali al-Shabuni, namun beliau tidak memperdulikannya. Tentu tidak diragukan lagi kapasitas keilmuan Syekh Ali al-Shabuni, sebagai bukti beliau pernah dinobatkan oleh Dubay International Holy Qur’an Award ke-11 sebagai tokoh Muslim Dunia pada 2007 M.

Syekh Ali al-Shabuni menutup usianya di umur 91 di kota Yalova, Turki. Jenazah disemayamkan di Masjid Ismailaga Istanbul. Proses pelepasan jenazah dihadiri oleh ribuan jama’ah hingga memadati Masjid Fatih di Istanbul. Penulis kitab Shafwah al-Tafasir kini telah meninggalkan kita semua, namun puluhan karyanya yang berserakan di penjuru dunia akan senantiasa hidup dan terkenang sepanjang panji-panji Islam menjulang tinggi di cakrawala.

Ditulis Oleh : Irfan Fauzi, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Alumni Pondok Pesantren Kempek.

Sumber Referensi :

  1. M. Solahudin, Tapak Sejarah Kitab Kuning (Kediri: Zam-zam, 2014).
  2. https://www.nu.or.id/post/read/127442/syekh-ali-al-shabuni-dishalatkan-dan-dimakamkan-di-istanbul

Related Posts
Kempek Online
Media Informasi Pondok Pesantren Kempek

Related Posts

Posting Komentar