Satu hal yang menjadi ciri khas Kempek yaitu para santrinya harus rela plontos atau dengan besar hati berpisah dengan rambut mereka. Mungkin kalau di Pondok Pesantren lain, kepala yang gundul itu sebagai ciri bahwa anak itu bandel, sering melanggar peraturan pondok. Lain halnya dengan Kempek.
Tradisi gundul yang ada di Pondok Pesantren Kempek adalah syarat mutlak yang tak bisa di kesampingkan. Ada cerita dari para alumni dan guru-guru saya ketika mengaji, bahwa kepala gundul ini mempunyai beberapa manfa’at yang sangat logistik.
Yang pertama, Setiap santri baru pastinya belum bisa beradaptasi dengan sempurna dengan lingkungan baru. Oleh karena itu menghilangkan rambut sebagai mahkota bagi setiap insan ini adalah filosofi untuk menghilangkan fikiran-fikiran yang masih tertinggal tentang rumah.
Kemudian, efek dari tidak adanya beban di atas kepala ini diharapkan juga bisa menghilangkan beban yang ada di kepala kita agar kita mampu menghafalkan dengan efektif.
Yang ketiga, ketika seorang santri di gundul, mereka akan malu untuk keluar lingkungan pondok oleh karena itu para santri akan isytighol menyibukan diri di pondok untuk mengaji, nderes, menghafalkan, jama’ah, nglalar, dan kesibukan lain yang bermanfaat.
Namun tak hanya satu kali saja santri kempek harus di botak, ketika mereka ingin menaiki jenjang pengajian selanjutnya setelah tashrifan yaitu shorof, mereka juga harus berpisah lagi dengan rambut mereka untuk yang ke dua kalinya karena ini tercantum dalam tes masuk pengajian shorof.
Gus Sholah Mafaza Muhammad (Mas Eza) putra kedua Buya K.H. M.Nawawi Umar pengasuh Pondok Pesantren Kempek Cirebon, hari ini (27/7) memulai pengajian shorof dengan santri-santri lainnya. Menurut saya, ini adalah angkatan shorof yang paling istimewa. Karena langsung di pimpin oleh putra Pengasuh Pondok Pesantren Kempek Cirebon yaitu Buya K.H. M.Nawawi Umar yang dimana pengajian shorof, ‘Asymawi Kempek, Dahlan Kempek (Tasywiq Al-Kholan), Kholid Abi Najah, Fathul Qorib hingga Faroid Kempek langsung di pegang oleh beliau.
