K. Abdul Aziz Moeslim (Putra K. Muslim), Abuya KH. M. Nawawi Umar dan beberapa masyayikh matur terhadap walid (KH. Umar Sholeh) dengan maksud meminta izin kepada walid untuk diadakannya sistem pengajaran berupa kelas. Singkat cerita walid memberikan izin.
Sejarah didirikannya lajnah adalah sebagai pelengkap pengajian sorogan yang diajarkan langsung oleh pengasuh Ponpes Kempek yang didirikan oleh K. Abdul Aziz pada tahun 1995.
Sebelumnya sudah ada lembaga MPQQ (Majelis Pengembangan Qiroatil Qur’an) Sekitar tahun 1993 yang didirikan oleh K. Abdul Aziz juga.
Pada masa pimpinan K.Abdul Aziz, santri yang lulus lajnah diwajibkan mengikuti pengajian qiroat sab’ah.
Antara LT3 dan MPQQ berjalan sinergi, selaras dan serasi.
Pada tahun 2008 K. Abdul Aziz Moeslim wafat karena kondisi yang semakin memburuk setelah terjadinya kecelakaan pada bulan Rabiul Awwal dan di makamkan di Tegal.
Setelah wafatnya beliau, MPQQ atau pengajian qiro’at sab’ah tidak ada yang menggantikan kemudian gedung MPQQ sekarang dimanfaatkan sebagai asrama Al-Qodimah asuhan Ny. Hj. Tho'atillah.
Kemudian Lajnah dipimpin oleh K. Ahmad Chakim Hisyam, yang mana beliau mewajibkan seluruh santri wajib mengikutinya. Awal mula lajnah didirikan hanya sebatas kegiatan ekstra.
Setelah K. Ahmad Chakim Hisyam memimpin kurang lebih selama 2 tahun, pimpinan lajnah digantikan oleh K. Munawwir Halim dan pada saat itu lajnah memiliki inventaris berupa kantor dan dua gedung baru hasil renovasi Asrama Kaliwedi dan Asrama Kapetakan.
Setelah 2 tahun memimpin lajnah, kepemimpinan Kiai Munawwir digantikan oleh K. Ahfasy Al-Faizy Harun dan beliau menambahkan kelas 6 dengan mata pelajaran Alfiyah Ibn 'Aqil dan menambahkan kegiatan berupa shalat dhuha berjama'ah sebelum kegiatan lajnah. Kelas ini untuk santri yang sudah lulus pengajian Lajnah.
Setelah K. Ahfas memimpin selama 2 tahun beliau digantikan oleh K. Rofi'i Fadhlu hingga tahun 2017.
Pada tahun 2018 Lajnah kekosongan kepemimpinan sehingga diambil alih oleh pengurus pondok.
Kemudian pada tahun 2019 kepemimpinan Lajnah diberikan kepada K. Muhammad Shofi (menantu Abuya KH. Moh. Nawawi, suami dari Ning Aufa Najda) hingga sekarang.
Sitem Pengajaran Lajnah at-Tarbiyah wat-Ta'alim wa-Tsaqofah
Sistem pengajaran yang diterapkan di lajnah sama dengan sistem pengajaran yang berlaku di pesantren yang lain. Yakni dengan mengambil perpaduan sistem antara metode tradisional dan modern. Sistem ini meliputi pengajian sorogan dan wetonan. Metode tradisional serta sistem klasikal terpadu untuk metode pengajaran modern.
Sistem pengajaran sorogan adalah bentuk pengajaran dimana murid membaca kitab tanpa makna (kosongan) dan guru yang mendengarkan.
Sistem ini digunakan untuk kelas menengah seperti kelas III, IV, V dan kelas khusus.
Sedangkan sistem wetonan adalah salah satu bentuk pengajaran dimana guru yang membaca kitab yang sedang dikaji lengkap dengan memberikan artian secara terjemah dan para santri mencatat serta memberi makna (afsahan) dari arti kata-kata yang belum di pahami.
Sistem ini digunakan untuk kelas dasar.
Adapun sistem klasikal terpadu adalah bentuk pengajaran dengan sistem pembagian kelas, berjenjang dan berkurikulum yang semuanya berpola pendidikan agama (durus ad-dieniyyah).
Oleh : Winda Nurul Alfiana
Disunting oleh : M.Lutfi Abdul Aziz