Q8kJ7IJX2ofCtqiT3cRtmv6yIJqPz134CnCrZZ01

Menu Navigasi

Kempek Online

Media Dakwah Santri NUsantara

Iklan Sidebar

Trending

Tekad Kiai Abdul Aziz Moeslim Mendalami Ilmu Qira'at

Kang Aziz itulah panggilan akrab yang dipanggil oleh para santri. Nama lengkap beliau adalah Abdul Aziz bin K. Muslim bin K. Mukhtar.

Beliau adalah anak yang lahir lalu di besarkan di lingkungan pesantren. Hidup dibawah bimbingan dan pengawasan orang-orang 'alim. Kang Aziz kecil termasuk anak yang selalu merasa tidak puas dengan apa yang ia peroleh. Walaupun belum sepenuhnya menjadi orang yang sesuai dengan harapan orang tua dan keluarganya.

biografi kiai aziz moeslim kempek pendiri qiraat kempek
Kiai Abdul Aziz Moeslim

Acung (nama kecil beliau) selama 12 tahun dalam pengawasan dan gemblengan orang tua hingga menyelesaikan sekolah SD di Tegal, Jawa Tengah. Ia pernah dititipkan kepada paman atau kakeknya yaitu Romo KH. Umar Sholeh di Pondok Pesantren Kempek Cirebon. Dengan gemblengan ilmu serta kedisiplinan yang ketat oleh kakak dan pamanya, akhirnya Dik Acung sanggup menyelesaikan pelajaran dari berbagai disiplin ilmu, seperti Nahwu, Shorof, Fiqih, Tauhid, Tasawuf, Mantiq, dan sebagainya. Konon katanya, beliau juga sempat mendalami ilmu kanuragan.

Pada tahun 1982 M beliau menyelesaikan belajar Al-Qur'an bersama 67 rekan santrinya. Namun hampir 90% yang khatam namun mereka belum memahami tentang makhraj dan tajwid padahal bacaan lafalnya benar. Hal ini membuat Kang Aziz selalu memikirkannya.

Romo KH. Umar Sholeh sering menyindir santrinya dengan sebuah kiasan: “Orang buta yang berjalan pada jalan yang rata, itu masih mending dari pada bisa makhraj dan tajwid tapi tidak bisa baca Al-Qur'an, ibarat seperti orang melek yang berjalan pada jalan yang brenjal-brenjul”.

Dengan perasaan tersinggung dan tertantang, Kang Aziz merasa belum sempurna dengan pembelajaran Al-Qur’an yang ia khatamkan itu. Akhirnya beliau berguru dengan seorang habib yang masih tergolong keluarganya sendiri yaitu KH. Syarif Usman bin Muhammad bin Yahya (Abah Ayip).

Dengan penuh ketekunan dan semangat yang menggebu, dalam waktu singkat ia mampu menaklukan Ilmu Tajwid-Makhraj dan segala permasalahanya.

Tak berhenti disitu saja, beliau memiliki obsesi untuk menguasai Ilmu Qiro’at. Hal ini timbul karena ia sering mendengar ragam qira’at dari beberapa qori’ pada masa itu. Diantaranya: Romo KH. Umar Sholeh, Syekh Antar, Syekh Abdul Qodier dari Mesir, Ustadz Muammar, Ustadz Humaedi, Ustadz Muhajir, Ustadzah Maria Ulfah, dan lain-lain.

Perjalanan Menimba Ilmu

Kang Aziz memutuskan pergi ke Pesantren Kudus sebagai langkah awalnya untuk mendalami Ilmu Qira’at. Namun karena persyaratan yang cukup berat, akhirnya beliau melilih Banten sebagai alternatifnya.

Ketika beliau hendak berangkat, ia terlebih dahulu sowan kepada Romo KH. Umar Sholeh. Namun ia tidak bisa bertemu dengan Romo Yai Karena sedang tindak (pergi). Kang Aziz tetap berangkat dengan diantar oleh pamanya, KH. Sholeh Mansur.

Pada akhir September 1982 M, Kang Aziz menginjakkan kaki di Pondok Pesantren Al-Qur’aniyyah, Kadumerak, Cadasari, Pandeglang, Banten. Pesantren ini diasuh oleh Abuya Sanusi yang terkenal dengan sebutan Buya Uci. Beliau pernah tinggal selama 12 tahun di Makkah.

Situasi dan kondisi yang ada di pesantren tidak membuat semangat Kang Aziz surut. Ia mampu menguasi Ilmu Qira’ah dalam waktu kurang dari 1 tahun dan berhasil menyisihkan calon Khatimin Al-Quran yang sudah bertahun-tahun lamanya.

4 bulan kemudian Kang Aziz pindah ke rumah istri ke-2 Buya Uci, di Desa Cililiang untuk menemani anaknya yang masih kecil, Lala (putra). Disini Kang Aziz memiliki banyak sekali kegiatan mulai dari latihan qasidah, mencari kayu bakar, membantu santri putri, hingga kegiatan diluar pesantren seperti undangan qiro, tahlilan dan marhabanan.

Bulan Maulid tahun 1983 M, Kang Aziz masuk sebagai Khotimin Qira’at. Perlu diketahui bahwa pada tahun sebelumnya, salah satu khotiminya adalah Ustadz Humaidi dari Serang (yang duet dengan Ustadz Muammar ZA).

Setelah sekian lama belajar di Banten, pada bulan Rajab (1983 M), Kang Aziz meminta izin kepada Buya Uci untuk melanjutkan studinya ke Jawa Timur. Awalnya Buya Uci berat hati untuk melepas Kang Aziz. Karena Kang Aziz sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Akhirnya Buya Uci memberikan izin dan berpesan,

“Semoga Aziz kelak kembali ke sini, syukur-syukur jadi orang sini”

“Insya Allah (Bila Allah menghendaki)” Jawab Kang Aziz singkat.

Dengan pencapaian yang luar biasa selama di Banten, Kang Aziz pulang ke Kempek. Romo KH. Umar Sholeh menyuruh Kang Aziz untuk mendemonstrasikan Qira’at pada khataman Al-Qur’an tahun 1983 M. Romo Kiai berpesan “Tulisen lan urip-uripen sebab wis jarang kang melajari (Tuliskan dan hidupkan, sebab sudah jarang orang yang mempelajari ilmu qiraat ini)”.

Oleh : Sam'un Ghozi
Penyunting : Irfan Fauzi, M,Lutfi Abdul Aziz.

Related Posts
Kempek Online
Media Informasi Pondok Pesantren Kempek

Related Posts

Posting Komentar