Q8kJ7IJX2ofCtqiT3cRtmv6yIJqPz134CnCrZZ01

Menu Navigasi

Kempek Online

Media Dakwah Santri NUsantara

Iklan Sidebar

Trending

Mengenal Yasi Dalam Makna Kitab Khas Pesantren Kempek

Pesantren mengajarkan berbagai ilmu yang sangat penting untuk santri. Di pesantren santri tidak hanya belajar membaca Al-Qur’an, dan kitab kuning. Tapi santri juga diajarkan bagaimana caranya untuk bersosialisasi dengan baik.

Dalam pesantren, salah satu cabang ilmu yang wajib dipelajari adalah cabang ilmu gramatika bahasa arab atau Ilmu Nahwu. Karena ilmu ini adalah pondasi bagi seseorang yang ingin mendalami bahasa Al-Qur’an yaitu bahasa Arab.

Salah satu pembahasan dalam ilmu nahwu adalah bab fa’il. Jika kita bernostalgia lagi dalam kitab Jurumiyah ada pembahasan tentang fail.

Kitab Jurumiyah ini walaupun tipis namun sangat besar sekali manfaatnya hingga banyak para ulama yang mengomentari (syarah) kitab kecil ini. Mulai dari nazham Al-Imrithy karangan syekh Yahya Syarofuddin al - 'imriti. Hingga seribu nazham alfiyah Ibnu Malik karya Al-‘Allâmah Abû ‘Abdillâh Muhammad Jamâluddîn ibn Mâlik at-Thâî.

pengertian, pembagian dan contoh fail, apa itu fail dalam ilmu nahwu
Santri Mengaji

Pengertian Fail

Dalam kitab yang dikarang oleh Syekh Ahmad Shonhaji ini disebutkan bahwa yang namanya fa'iladalah :

الإِسْمُ المَرْفُوْعُ المَذْكُوْرُ قَبْلَهُ فِعْلُهُ

“Fa'il adalah isim yang dirofakan yang disebutkan terlebih dahulu fi'ilnya”.

Fail dalam bahasa sederhananya adalah pelaku atau subjek dari pekerjaan. Jika dalam Bahasa Indonesia kita mengenal istitah SPOK (Subjek, Predikat, Objek dan Keterangan), maka fail ini adalah subjeknya.

Kita ambil contoh kalimat sederhana dalam Bahasa Indonesia, “Budi sedang makan nasi”. Maka Budi dinamakan subjek, sedang makan disebut dengan predikat, dan nasi adalah objeknya.

Dalam contoh diatas orang yang bernama Budi dalam bahasa arab disebut dengan fa’il atau pelaku.

Setelah kita memahami tentang pengertian fail, ada baiknya kita memahami juga tentang pembagiannya fa’il.

Pembagian Fa'il

Dalam kita jurumiyah juga dijelaskan tentang pembagian fa'il. Fa'il ini terbagi menjadi dua macam. Yang pertama adalah fa'il isim dzohir (tampak atau terlihat) dan ada juga fa'il isim dhommir (tersembunyi).

وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ ظَاهِرٌ وَمُضْمَرٌ

“Dan fail ini terbagi menjadi dua, yaitu fa’il dhohir dan fa'il dlomir".

Yang dimaksud dengan fa'il isim dzohir adalah pelaku atau subjeknya terlihat. Dalam arti pelakunya itu terlihat dalam kalimat. Tidak disembunyikan (مُضْمَرٌ).

Seperti contoh pada lafadz يَقُوْمُ زَيْدٌ (Mas Zaed telah berdiri). Mas Zaen dalam kalimat tersebut disebut dengan Fail atau pelaku orang berdiri. Dan subjeknya ini terlihat dalam kalimat yaitu Mas Zaed.

Sedangkan fail isim dhommir adalah pelaku atau subjek dari pekerjaan tersebut itu disembunyikan atau tidak terlihat. Contohnya adalah lafadz ضَرَبْت (Aku telah memukul).

Untuk pembahasan masalah dhommir sebenarnya membutuhkan penjelasan yang lebih panjang.

Memahami Yasi Makna Kitab Khas Pesantren Kempek

Dalam memaknai kitab di pesantren, santri biasanya menggunakan simbol-simbol untuk menandai kalimat. Untuk fa'il sedniri, ditandai dengan huruf fa “فا”. Jika diucapkan dalam bahasa bermakna “sopo”.

Pemaknaan seperti ini sudah lumrah dipakai diseluruh pesantren-pesantren yang ada di Indonesia.

Ada hal yang unik dari makna kitab yang ada di Pondok Pesantren Kempek. Ada perbedaan antara penyebutan makna fa'il isim dzohir (terlihat) dan fa'il isim dhommir (tak terlihat).

Apakah itu?.

Jika penyebutan fa’il isim dzohir (terlihat) menggunakan makna “sopo”. Dan untuk penyebutan faail isim dhommir (tak terlihat) menggunakan “yasi”.

Apa perbedaanya? Agar mudah memahaminya kita ambil contoh kalimat dalam Al-Qur`an.

Pertama, fail isim dhohir yang ada pada Q.S Muzammil, 19.

فَعَصَىٰ فِرْعَوْنُ ٱلرَّسُولَ (Maka Fir'aun mendurhakai Rasul)

Jika kita maknai menggunakan makna ala pesantren menjadi maka,

فَعَصَىٰ mangka ma’siyat, sopo فِرْعَوْنُ.

Lafadz فِرْعَوْنُ disini menjadi fail atau subjek dan maknanya menggunakan sopo dalam makna ala pesantren.

Kedua, fail isim dhommir yang ada pada QS. Al-Baqarah, 3.

وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ (mereka mendirikan shalat). Jika dimaknai menggunakan makna ala pesantren menjadi :

وَيُقِيمُونَ lan pada jumeneng yasi ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ.
الصَّلَاةَ ing shalat.

Jika kita perhatikan secara seksama, pada contoh yang pertama si pelakunya terlihat maka jika menggunakan makna pesantren ditandai menggunakan “فا” yang berarti “sopo”.

Kemudian pada contoh yang kedua failnya itu tersimpan menggunakan dhommir. Maka, jika kita menggunakan makna kita khas Pesantren Kempek tidak menggunakan kata “sopo” melainkan menggunakan “yasi”.

Makna kitab ini sudah menjadi ciri khas dan tradisi bagi Pesantren Kempek. Jadi jika ada santri yang mondoknya di jawa timur kemudian ketika memaknai kitabnya menggunakan kata “yasi” sudah dipastikan bahwa santri itu adalah santri kempek.

Untuk santri atau alumni Pondok Pesantren Kempek yang mengaji di Romo KH. Umar Sholeh atau Abuya KH. Moh. Nawawi tidak akan asing dengan penyebutan istilah ini.

Namun, ada saja santri kempek yang belum faham tentang penggunaan dan penempatan “yasi” dan “sopo”. Diharapkan adanya tulisan ini kita bisa memahani perbedaan antara “yasi” dan “sopo”.

Jadi kesimpulannya, jika failnya berupa isim dzohir menggunakan “sopo” dan jika failnya berupa isim dhommir maknanya menggunakan “yasi”. Sebagai santri kempek kita harus menjaga tradisi yang ada di Pesantren Kempek agar nanti bisa diturunkan ke generasi yang akan datang. Wallahu'alam

Tag :
pengertian fail,
pengertian fail isim dhommir,
pengertian fail isim dhohir,
apa itu fail?,
contoh kalimat fail,
ma’ul bih artinya,
contoh fail adalah,
fi’il adalah,
pembagian fa’il,

#ponpeskempek #kempekonline #santrikempek #ilmunahwu #nahwu #santriindonesia #santri #dagelansantri #alanu #alasantri

Related Posts
M. Lutfi Abdul Aziz
Content Creator

Related Posts

Posting Komentar