Q8kJ7IJX2ofCtqiT3cRtmv6yIJqPz134CnCrZZ01

Menu Navigasi

Kempek Online

Media Dakwah Santri NUsantara

Iklan Sidebar

Trending

Bacaan Tarqiq Dan Tafkhim Yang Menjadi Ciri Khas Qur'an Kempekan

Al-Qur’an adalah kitab suci umat muslim yang dijadikan sebagai pedoman hidup yang berisi firman-firman Allah SWT. Al-Qur’an mempunyai banyak sekali keistimewaan, salah satunya ialah orang yang konsisten membacanya maka Al-Qur’an akan menjadi syafa’at di hari akhir nanti.

Selain itu membaca Al-Quran adalah ibadah yang paling utama menurut Rasulullah. Sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi.

Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baiknya ibadah umatku adalah membaca Al-Qur’an.”

Namun dalam membaca Al-Qur’an harus disertai dengan bacaan tajwid yang baik dan benar. Kenapa? Karena ketika kita membaca Al-Qur’an tapi bacaan tajwidnya salah bisa menyebabkan kesalahan pula dalam maknanya. Oleh karena itu kita harus belajar tajwid agar bacaan Al-Qur’an kita benar.

hukum bacaan tarqiq dan tafkhim dalam ilmu tajwid
Santri Membaca Al-Quran

Di Pesantren Kempek, santri sudah terbiasa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan hukum bacaan. Karena semenjak baru mondok, santri baru langsung praktek membaca Al-Qur’an dari santri yang lebih senior. Dalam bahasa keseharian istilah ini biasa disebut dengan cocogan.

Dalam prakteknya, santri selalu ditekankan untuk melafalkan huruf sesuai makhrojul hurufnya atau tempat keluarnya huruf. Hingga kebiasaan melafalkan huruf sesuai makhroj ini terbawa dalam obrolan sehari-hari.

Ada pesan yang selalu diucapkan oleh santri senior kepada juniornya yang baru belajar membaca Qur’an ala Kempekan yaitu “sing akeh cocogane” (yang banyak belajar membaca Qur’annya). Karena seringnya santri belajar dengan praktek langsung kepada seniornya, ia bisa hafal diluar kepala bagaimana cara membaca Al-Qur’an yang baik.

Namun sayangnya walaupun tahu bagaimana cara membacanya, tak jarang banyak santri yang tidak tahu hukum bacaan apa yang ada dalam lafaz tersebut.

Salah satunya ialah hukum bacaan yang terdapat dalam ro’.

Hukum Bacaan Ro’

Dalam ilmu tajwid, ro' memiliki tiga hukum bacaan, yakni Tafkhim, Tarqiq, dan Jawazul Wajhain. Namun dalam tulisan kali ini penulis hanya akan membahas tentang hukum bacaan Tafkhim dan Tarqiq saja. Karena bacaan Tafkhim dan Tarqiq ini menjadi salah satu ciri khas bacaan Qur’an Kempekan.

Tafkhim (تَفْخِيْمُ)

Yang pertama adalah hukum bacaan Tafkhim. Tafkhim menurut bahasa adalah at-Tasmin (التسمين) yang berarti tebal atau gemuk. Sedangkan secara istilah, Tafkhim ialah mengucapkan huruf dengan tebal sampai memenuhi mulut ketika mengucapkannya.

Ada beberapa kondisi yang mengharuskan huruf ro’ dibaca tebal atau Tafkhim. Diantaranya yaitu :

Apabila terdapat huruf ro’ dalam keadan mati (asli) dan huruf sebelumnya berharokat fathah atau dhommah. Contohnya :

يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ، وَالْفُرْقَانُ

Apabila ro’ mati karena dibaca waqof (sukun aridli) dan huruf sebelumnya berharakat fathah atau dhommah. Contohnya :

وَالْقَمَرُ، وَالنُّذُرُ

Kemudian ketika ro’ mati karena dibaca waqof dan huruf sebelumnya berharokat fathah atau dhommah, dan diantara ro’ mati dan huruf yang berharakat tersebut terdapat huruf madd baik alif maupun wawu. Contohnya :

الاَنْهَارُ، وَالطُوْرِ

Apabila ro’ mati didahului oleh huruf yang berharakat kasroh aridli (kasroh tambahan dan bukan kasroh asli). Contohnya :

اِرْتَابُوْ، اِرْتَبْتُم

Apabila ro’ mati dalam kalimat dan didahului oleh huruf yang berharokat kasroh asli dan setelahnya terdapat huruf isti’la. Contohnya :

مِرْصَادًا، قِرْطَاسِ

Isti’la artinya mengangkat atau meninggi. Untuk mengucapkan huruf isti’la ialah dengan cara mengangkat pangkal lidah ke langit-langit mulut. Huruf isti’la adalah huruf yang terkumpul dalam lafadz خُصَّ ضَغْطٍ قِظْ. Yaitu kha (خ), ṣad (ص), ḍad (ض), ghain (غ), ṭha (ط), qaf (ق), dan zha (ظ).

Itulah beberapa hukum ro’ yang dibaca Tafkhim. Namun masih ada beberapa lagi yang dibaca Tafkhim akan terapi tidak begitu terlihat ketika menggunakan bacaan Qur’an Kempekan. Diantaranya yaitu :

Apabila huruf ro’ berharakat dhommah atau fathah, baik dalam keadaan waqof maupun washol. Contohnya :

وَسَعِيْرًا، لاَتَصْبِرُوْا

Kemudian ro’ mati karena dibaca waqof dan huruf sebelumnya berharakat fathah atau dhommah. Kemudian diantara ro’ mati dan huruf yan gberharakat tersebut ada huruf mati. Contohnya :

سُنْدُسٍ خُضْرِ، وَالفَجْرِ

Tarqiq (تَرْقِيْقٌ)

Selanjutnya adalah ro’ yang dibaca tarqiq. Tarqiq menurut bahasa adalah at-Tahnif (التحنيف) yang berarti kurus atau tipis. Sedangkan tarqiq secara istilah adalah mengucapkan huruf dengan ringan atau tipis sehingga tidak sampai memenuhi mulut ketika pengucapannya.

Ada beberapa kondisi dimana ro’ dibaca tarqiq. Diantaranya yaitu :

Apabila huruf ro’ yang mati dan huruf sebelumnya berharakat kasroh asli kemudian huruf setelahnya bukan huruf isti’la. Contohnya :

شِرْكٌ , فِرْعَوْنُ , لَشِرْذِمَةٌ

Apabila ada huruf ro’ mati yang terletak setelah kasroh bertemu dengan huruf isti’la namun berbeda kalimat.

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ, فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلاً

Selain kedua kondisi tadi, ada beberapa kondisi lagi yang membuat ro’ dibaca tarqiq. Namun tidak begitu terlihat ketika menggunakan bacaan Qur’an Kempekan. Diantaranya yaitu :

Apabila huruf ro’ berharakat kasroh atau tanwin kasroh, contohnya :

مَرِيْضًا، عَشْرٍ

Huruf ro’ yang mati karena waqof dan sebelumnya ada huruf ya’ yang mati. Dan sebelum huruf ya’ terdapat huruf yang berharakat fathah atau kasroh. Contohnya :

بِيَدِكَ الْخَيْرُ , فِيْهَا حَرِيْرٌ

Huruf ro’ mati karena waqof (sukun aridli) dan didahului oleh harakat kasroh, contohnya :

أَنْتَ مُذَكِّرُ، تَسْتَكْثِرُ

Apabila huruf ro’ mati karena waqof dan huruf sebelumnya mati, kemudia huruf sebelumnya berharakat kasroh, contohnya :

وَلاَ بِكْرٌ، اَلذِّكْرُ

Itulah tadi beberapa rangkuman hukum bacaan ro’ yang dibaca tarqiq dan tafkhim. Memang dalam prakteknya sulit sekali memahami hukum bacaan jika melihat tulisan saja.

Oleh karena itu dalam mempelajari bacaan Al-Qur’an dikenal juga istilah Talaqqi Musyafahah. Jadi antara guru dan murid harus face to face berhadapan langsung untuk memperhatikan setiap gerakan mulut yang dicontohkan oleh guru.

Semoga tulisan singkat ini bisa menambah wawasan dan sebagai sarana flashback memahami hukum bacaan yang pernah diajarkan selama di pesantren. Wallahu’alam

Diambil dari berbagai sumber

Related Posts
M. Lutfi Abdul Aziz
Content Creator

Related Posts

Posting Komentar